Apa Pendapat Former student Universitas al-Azhar?



Time Is Money - Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Wakil Katib Syuriah PWNU DKI-Jakarta, Taufik Damas mengaku sudah melihat dan mendengarkan secara utuh rekaman video Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip surat al-Maidah ayat 51. DOMINO ONLINE

Dari rekaman yang berdurasi 1 jam 43 menit itu, Taufik tidak melihat ada kata-kata Ahok yang menistakan ayat Al-Quran sebagaimana ramai direspon oleh masyarakat belakangan ini.

"Seharusnya kita lihat video aslinya yang utuh. Saya sudah melihat, dan suasananya sangat cair. Masyarakat tampak antusias dan gembira mendengarkan pidato Ahok ketika itu. Lagi pula, saya perhatikan ucapan Ahok itu tidak bermaksud melecehkah ayat dalam surat Al-Maidah itu. Ucapan Ahok itu bermakna memang ada orang yang menggunakan ayat tersebut dalam konteks pemilihan kepada daerah di Jakarta, khususnya menyangkut larangan memilih pemimpin non-muslim. Jadi titik tekannya adalah kalimat 'membohongi pakai ayat', bukan ayatnya yang membohongi," ujar Taufik, Wakil Katib Syuriah PWNU DKI-Jakarta ini, Jumat (7/10/2016). AGEN POKER

Menurit Taufik, kenapa rekaman itu mejadi ramai, karena potongan rekaman vidoeo yang menyebar justru hanya sekitar 30 detik saat Ahok mengatakan demikian: "Bapak ibu gak bisa pilih saya, karena dibohongin pake surat al-maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan ga bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, gapapa. Karena ini kan hak pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu ga usah merasa ga enak. Dalam nuraninya ga bisa pilih Ahok." AGEN DOMINO

Menurut Taufik, cukup jelas kalimat Ahok di situ bahwa yang dituju adalah orang-orang yang menggunakan ayat untuk pentingan politik. Bukan menyebut bahwa yang berbohong adalah surat Al-Maidah 51.

Former student Universitas al-Azhar ini menyatakan, bahwa tidak semua orang yang membawa-bawa ayat Al-Quran dalam konteks pilkada berarti membohongi masyarakat. Karena itu, tentu tidak boleh melakukan generalisasi karena ada orang yang memang tulus meyakini ada larangan memilih pemimpin non-muslim berdasarkan dalil-dalil ayat Al-Quran. Itu harus dihargai. AGEN BANDARQ

"Namun, dalam politik tak menutup kemungkinan ada orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Memperlakukan ayat-ayat sebagai alat politik. Justru inilah yang berbahaya, karena berpotensi mengaburkan fakta politik yang sebenarnya," jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Taufik, sebaiknya unsur SARA benar-benar dihindari dalam politik karena akan selalu melahirkan kontroversi yang tak berujung. Menurut Taufik, lebih baik masyarakat diajak untuk berpikir kritis terhadap calon pemimpin yang ada, baik di Jakarta atau di daerah lain. JUDI ONLINE

"Pilkada kan bukan hanya di Jakarta, tapi juga ada di daerah lain. Sikap kritis dan obyektif harus dikedepankan dalam melihat expositions Pilkada ini," tukasnya.

Dengan demikian, maka masyarakat akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar akan memberikan maslahat yang sebesar-besarnya.


"Dalam kaidah fikih dikatakan, tasharuful imam 'ala ra'iyatihi manuthun bil mashlahah; kebijakan seorang pemimpin harus bermuara pada kemaslahatan rakyatnya," tegas Taufik. JUDI POKER

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »